Ketika seseorang menyerahkan diri kepada Allah, saat itulah dengan
sadarnya dia melepaskan apapun kepentingan dan ego dirinya, seraya
menyeru dalam hati dan jasadnya bahwa dia adalah telah menjadi seorang
hamba.
Selanjutnya, pikiran dan hidupnya akan termotivasi
tentang apa yang di ridhai Allah atau tidak, dan sama sekali bukan
tentang seleranya.
Ketika diri mengakui bahwa, aku hanyalah seorang
hamba, maka tidak akan ada kritik dan pencelaan pada Robbnya melainkan
hanya keikhlasan hati terhadap sebuah pengabdian, kepasrahan hati
tentang sebuah takdir, dan prasangka baik kepada sang pembuat skenario
hidupnya.
Seorang hamba adalah milik tuannya, maka hatinya pun
tidak melawan ketika sang pemiilik mengajukan garis takdir kepadanya.
Seorang hamba kemudian akan senantiasa melanjutkan hidup dengan tetap
mengabdi demi keridhoan pemiliknya, karena memang sudah selayaknya
seperti itulah kewajibannya.
Tiada yang lebih nikmat ketika menjadi
seorang hamba, selain terbebasnya kita dari rasa lebih, yang berkarib
dengan sombong dan atau rasa kurang yang selalu merongrong dan menyiksa
diri, karena kepercayaan kita atas perawatan dan pemenuhan dari sang
pemilik kita.
Mengakui sebagai seorang hamba akan meneduhkan
hati, karena batin senantiasa merasa tenang akibat seluruh kebutuhan
terasa ada yang menjamin dan tercukupi.
Mengikhlaskan hati menjadi hamba adalah sumber kedamaian jiwa.
Darinya kita belajar untuk selalu rendah hati dan penyayang. Karena
seorang hamba adalah pengikut dan pencontoh sejati tuannya. Karena
seorang hamba tidak akan mungkin mempunyai pikiran gila untuk
menyombongkan diri dengan sesuatu yang ada padanya, yang jelas-jelas
adalah semua itu hanyalah milik tuannya.
Ketika kita menghamba,
maka luluhlah sebuah penguasaan atas diri dan menyerahkannya kepada
sang pemilik kita. Ketika kita menghamba, maka tak penting lagi pujian
amal baik kita yang setinggi gunung, karena hati mengajarkan bahwa semua
hanyalah karena rahmat sang pemilik kita.
Dalam penghambaan, jiwa
seorang hamba yang ikhlas menjadi hamba akan selalu berteriak dan merasa
kurang dalam kesyukuran kepada Robb-Nya. Karena itulah, dalam kelihatan
atau tidaknya dari pandangan manusia, jiwanya akan selalu terisi hanya
dengan Allah berikut daftar rahmat- rahmatnya.
Wahai hamba yang dikasihi Allah,
Sungguh mulia dirimu dalam kesanggupanmu menyerah dan mendidik batin
dan jiwamu, untuk menjadi hamba yang berserah. Tiada lagi keluh kesah,
karena damai akan selalu melingkupi batinmu. Tiada protes apalagi
episode mencaci maki jalan takdirmu, karena sesungguhnya kita adalah
seorang hamba. Tiada hamba yang baik selain selalu penuh terimakasih dan
kesyukuran kepada pemilik kita, yang maha penyayang kepada diri hamba-
hambanya, Allah Subhanahu Wata'ala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar