بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Sesungguhnya,” kata Ibnu Qayyim Al Jauziyah, “Al-Qur’an, As-Sunnah,
ijma’ sahabat dan tabiin telah menunjukkan bahwa dosa itu ada dua. Ada
dosa besar, ada dosa kecil.”
Dosa kecil sebenarnya bisa diampuni Allah dengan mudah melalui istighfar
dan ibadah mahdhah seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Dosa
kecil juga tidak mendapatkan ancaman khusus dan laknat Allah seperti
halnya dosa besar. Namun, dosa kecil ternyata bisa berubah menjadi
besar, jika terpenuhi salah satu dari 5 hal berikut ini.
5 sebab dosa kecil bisa berubah menjadi besar itu adalah :
1. Meremehkan dosa dan menganggapnya biasa saja
Ada orang-orang yang ketika melakukan dosa kecil ia menganggapnya
sebagai hal yang biasa, terhapus dengan sendirinya atau tidak
mempedulikannya. “Ah, ini mah dosa kecil.” “Biasa, yang beginian tak
menyebabkan masuk neraka.” Dan komentar-komentar sejenisnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Takutlah kalian dari tindakan meremehkan
dosa.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
“Dosa kecil bisa menjadi besar,” fatwa Imam Auza’I, “jika seorang hamba
menganggapnya kecil dan meremehkannya.”
2. Dikerjakan berulang-ulang (terus-menerus)
Sesuatu yang kecil, jika terus ditumpuk dan dikumpulkan, maka ia akan
membesar. Sebuah peribahasa mengatakan, sedikit demi sedikit lama-lama
menjadi bukit. Demikian pula dengan dosa kecil. Jika ia terus diulang,
ia pun menjadi besar.
“Bukanlah dosa kecil jika dikerjakan terus menerus,” kata Ibnu Abbas,
“dan bukanlah dosa besar jika diiringi taubat.”
Umumnya, pengulangan atau pembiasaan dosa itu berawal dari sikap
meremehkan dosa. Lanjutan hadits pada poin 1 di atas menegaskan
membesarnya dosa yang terus menerus dikerjakan.
“Sesungguhnya perumpamaan orang yang meremehkan dosa bagaikan sekelompok
orang yang singgah di sebuah lembah. Ia datang membawa kayu dn terus
menerus membawa kayu hingga (kayu itu menumpuk) mereka dapat memasak
makanan mereka.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani).
3. Menyukai perbuatan dosa tersebut
Yaitu orang yang ketika dan setelah melakukan dosa timbul kepuasan dan
kesenangan dalam jiwanya.
“Termasuk dosa besar adalah,” kata Imam Ghazali dalam Ihya’, “merasa
senang, gembira dan bangga dengan dosa.”
4. Memamerkan dan mendemonstrasikan dosa tersebut
Dewasa ini, jumlah orang yang melakukan hal keempat ini cenderung makin
banyak. Bahkan bukan hanya dosa kecil, untuk dosa besar pun sebagian
orang melakukannya secara terbuka sekaligus memamerkan dan
mendemonstrasikannya. Misalnya dengan media video yang diupload di
Youtube dan sebagainya. Selain menunjukkan peremehan terhadap dosa, poin
keempat ini juga memicu orang lain melakukan dosa yang sama akibat
contoh yang ia lakukan dan dengan demikian dosanya menjadi
berlipat-lipat.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyeru/mendakwahkan kesesatan,
maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi dosa mereka sedikitpun.”
5. Jika yang mengerjakannya adalah tokoh atau panutan
“Orang yang berbuat dosa, sedangkan ia adalah seorang alim yang menjadi
panutan,” tulis Ibnu Qudamah dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, “jika
ia paham dan tahu akan dosanya tetapi malah menerjang dosa tersebut,
maka dosa kecilnya itu berubah menjadi dosa besar.”
Selain faktor peluang diikuti oleh umat/pengikutnya, dosa kecil yang
dilakukan oleh seorang tokoh/ulama juga berpotensi membawa opini dan
citra negatif terhadap Islam.
Demikian 5 sebab dosa kecil menjadi besar, semoga Allah menjauhkan kita
dari kelimanya
Wallahu Ta’ala A’lamu bish showwab
Barakallahu fiikum wa jazakumullah khairan khatsir,,
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar